Kamis, 13 Januari 2011

makalah

TAFSIR DAN HADIS TABIYAH.
1. Pandangan Islam tentang hakekat penciptaan manusia
Islam berpandangan bahwa hakekat manusia adalah manusia itu merupakan perkaitan antara badan dan ruh. Badan dan ruh masing-masing merupakan subtansi yang berdiri sendiri yang tidak bergantung adanya oleh yang lain, Islam secara tegas mengatakan bahwa kedua subtansi (subtansi=unsur sesuatu asal yang ada) dua-duanya adalah subtansi alam. Sedang alam adalah mahluk. Maka keduanya adalah mahluk yang diciptakan oleh Alloh SWT.
Dibawah ini dikutipkan sebuah ayat suci Al-Qur’an dan sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang menguraikan tentang proses kejadian manusia.
Dalam Al-Qur’an Alloh berfirman
     •                        
“Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Kemudian Nabi Muhammad SAW mengulas ayat suci tersebut dengan sabdanya yang artinya:
“Bahwasanya seorang kamu dihimpunkan kejadiannya didalam perut ibu selama 40 hari, kemudian merupakan alaqoh (segumpal darah) selama 40 hari kemudian merupakan maghotan/ segumpal daging selama 40 hari kemudian Alloh mengtus malaikat, maka diperintahkan kepadanya empat perkataan dan dikatakan kepada malaikat engkau tuliskanlah amalnya, rizqinya dan ajalnya, dan celaka atau bahagianya kemudian ditiupkanlah kepada mahluk itu ruh. (HR. Bukhori)”.
Tidak diragukan lagi bahwasannya Allah Swt adalah Wujud Yang Maha Kaya, jika demikian, mengapa manusia diciptakan? Apa tujuan dari penciptaanya? Dengan kata lain; apa diballik tujuan penciptaan manusia? Tidakkah hal ini berarti bahwa Dia (Allah Swt) adalah wujud yang melalui tujuan penciptaan manusia membutuhkan atas sesuatu? Kalau seandainya tidak mempunyai tujuan, berarti perbuatan Allah Swt tsb adalah sia-sia? Untuk mengatasi persoalan diatas, tidaklah terlepas dari dua pokok proposisi:
1. Allah Swt, sebagai Wujud Yang Maha Sempurna, dan tidak membutuhkan, juga bagiNya tidak mempunyai tujuan dalam pencapaian suatu kebutuhan.
2. Perbuatan Allah Swt tidaklah menuju kesia-siaan, haruslah bagiNya meraih tujuan. Tujuan tersebut berkenaan dengan tindakan (objek),bukanlah bagi pelaku perbuatan(subjek).

Mereka yang memaparkan persoalan ini, tentunya menyakini bahwa perbuatan Allah sama seperti mahlukNya dan menggambarkan bahwa Allah Swt sebagai Maha Sempurna Yang Absolut yang tidak memiliki kekurangan , haruslah bertujuan dibalik tindakan perbuatanNya. Dikarenakan, ketika perbuatan Allah Swt tanpa tujuan, akan melahirkan sebuah tindakan yang sia-sia.
Allah Swt Maha Kaya dan Sempurna, tidaklah memiliki kekurangan yang mendasari sebuah tindakan untuk mencapai tujuan. Sebagaimana ulama’ teologi berkata: “Sesungguhnya perbuatan Allah tidaklah didasari oleh tujuan.” Pengertiannya adalah; sesungguhnya manfaat dan tujuan tersebut bukanlah akan kembali pada zat Allah, dikarenakan bagaimana mungkin Dia sebagai Pemilik Kesempurnaan yang Absolut menjadikan dan menutupi diriNya dengan kekurangan.
Namun, seandainya kita katakan bahwa Allah Swt tidaklah mempunyai tujuan dalam penciptaan makhluk dan alam, berbeda kalau kita katakan bahwa hasil ciptaannya adalah perbuatan yang sia-sia. Disini adanya perbedaan antara lain kaum materalisme berpendapat tidaklah mempunyai tujuan dari penciptaan alam dan manusia. Adapun dalam kalangan muslim mengatakan dibalik penciptaan alam dan manusia dari sisi Allah Swt dibalik hikmah penciptaan adanya maksud dan tujuan,dan dengan keyakinan yang jelas menyatakan adanya maksud dan tujuan dibalik semua perubahan dan pergerakan alam sekitar. Dalam Al-Qur’an Allah Swt berfirman:
        
“ Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?(QS Al-Mukminun ayat 115)
Dalam surat lain, Allah Swt berfirman:.
                    • 
Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.”(QS Al-Imran ayat 191),
       
“ Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main”. (QS Anbiya’ ayat 16). .
Maksud dan kandungan ayat-ayat diatas bahwasanya Allah Swt menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu adalah dengan maksud dan tujuan yang mengandung hikmat. Poin penting adalah tidaklah maksud dan tujuan tersebut kecuali untuk kesempurnaan makhluk tidaklah bagi kesempurnaan zatNya (Allah Swt). Oleh karenanya, tujuan dari penciptaan, menyampaikan pada semua makhlukNya akan kesempurnaannya, tanpa manfaat bagiNya sehingga tidaklah menjadikan perbuatanNya sia-sia
Dan manusia akan meraih kesempurnaan dirinya melalui jalan ibadah dan beramal, dan di dalam ibadah dan amal itu sendiri mengandung sifat kesempurnaan, dan kesempurnaan ini akan dicapai manusia setelah kematian menjemputnya. Yang merupakan kehidupan yang terbaik dari sisi jasmani dan rohani. Dengan kata lain, dunia tempat bercocok tanam dan akhirat tempat memetik hasilnya.
Baru baru ini telah muncul tren penulisan ayat-ayat. Dari ayat-ayat cinta, ayat-ayat pendidikan dan bahkan tak lama lagi segera muncul ayat-ayat KPK. Kali ini, penulis sangat tertarik untuk menulis tugas tentang ”Ayat -ayat Manusia”. Hal ini karena penulis melihat adanya fenomena kecenderungan umat manusia terbawa oleh arus global yang tidak terkontrol. .
2. Renungan tentang Jati Diri Manusia. .
Ayat-ayat tentang Manusia” kami angkat sebagai reaksi kehidupan yang merasa punya tanggung jawab moral, dengan harapan munculnya ayat-ayat ini akan menjadi dasar penyeimbang (balance) adanya arus global yang sangat agresif dan selalu mengambil posisi serangan di tengah-tengah kita ini. . Manusia diciptakan sebagai kahlifah (penguasa) di atas bumi. Pada S. Al-Baqarah : 30 dikatakan,
        
”ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : ”sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. .
Sebagai konsekuensi dari kekhilafahan ini, ialah manusia dengan izin Allah harus menciptakan berbagai hal, posisi, kejadian di atas bumi. Manusia harus berproduksi, mengerjakan dan mengembangkan apa yang telah ada yang dari situ selalu mencipta berbagai bentuk baru. Itulah arti khilafah yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia. Apakah yang demikian itu akan mempengaruhi manusia untuk melupakan realitasnya dan memusuhi Allah sebagai sang penciptanya? Apakah yang diciptakan oleh manusia di luar hukum Allah? Bukankah memproses, memproduksi, menumbuhkan dan mengembangkan sesuatu ia bekerja sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah yang telah dititipkan-Nya sebagai fitrah alam? Bukankah segala aktivitasnya harus mengenal hukum-hukum alam sebagai sunnah-sunnah Rosul? Ia harus mengenalnya dengan menggunakan potensi epistemologi yang diberikan oleh Allah kepadanya, kemudian berusaha mengaplikasikanya sesuai dengan kemampuan aplikasi yang telah diberikan kepadanya oleh Allah.
Tidak ada satu penciptapun di langit dan di bumi selain Dia. Itulah realitas ”Ilmiah” yang dari padanya berbagai realitas lain di alam ini lahir. Dalam surat Adza-Riyat: 56 dikatakan
      
”Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Ibadah merupakan kata universal bukan hanya acara-acara ritual dalam arti terbatas. Akan tetapi ibadah meliputi segala sesuatu: ibadah adalah semua aktivitas manusia. Hamba-hamba diciptakan hanya untuk beribadah. Artinya,semua aktivitas yang mereka lakukan sebagai ibadah. Dari sini aktivitas bertemu dengan segala upacara peribadatan, yang menurut islam keduanya merupakan satu-kesatuan.
Selama Dia adalah Tuhan Yang Esa, maka konsekuensi keesaan-Nya menuntut bahwa ibadah harus dilakukan hanya kepada-Nya. Maka di bumi tidak akan disembah selain Dia. pengertian demikian itu bukan sebagai pengertian yang sempit dan terbatas yakni agar manusia tidak sujud dan tunduk kepada sesuatu,benda dan seseorang. Sebab, pengertian demikian itu tidak akan sesuai kecuali dengan pemahaman ibadah secara sempit dan terbatas dalam upacara-upacara peribadatan.akan tetapi, ibadah dalam arti yang sebenarnya adalah segala aktivitas manusia yang hannya untuk Allah semata dan tidak untuk yang lain.
Jadi apapun aktivitas manusia berupa makan, minum, beraktivitas, berhubungan sekssual, memiliki, berjuang dan tampil, membela diri, cinta dan benci hanya untuk Allah semata. Ini adalah pengertian ibadah secara luas yakni pengertian ibadah secara hakiki. Setelah hakikat penciptaan manusia sekilas penulis paparkan di atas, tentu kita mulai punya gambaran, paling tidak? Kemana dan bagaimana kita hidup? Untuk mendapat jawaban dari pertanyaan ini, mari kita renungkan Ayat-ayat Manusia berikut ini: :
Pada Surat An-Nisa ayat :1 dikatakan:
 ••                 •       •    
”Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, wahai manusia bertawakkallah kepada tuhanmu yang telah menciptakanmu dari satu jiwa. Dari padanya ia menciptakan istrinya; dari pada keduanya ia mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan.
Dalam satu ayat yang mengagumkan ini, terdapat empat prinsip sistimatis, yang membatasi aspek yang permanen dari kehidupan manusia. Pertama, bertaqwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakanmu. Kedua, dari satu jiwa. Ketiga, Daripadanya ia mencipatkan istrinya. Dan keempat, Daripadanya ia memperkembangbiakan banyak laki-laki dan perempuan.
Sungguh, merupakan mukjizat tersendiri apabila satu atau empat prinsip dengan susunan mudah dan luas, berkumpul sedemikian rupa di dalam satu ayat yang jumlah katanya terbatas ini! Yakni satu ayat yang sangat ringkas mencerminkan sejarah manusia. Pada surat lain terdapat banyak ayat yang mengupas secara detail tentang aspek-aspek yang ada kaitannya dengan prinsip-prinsip ini. Akan tetapi di sini penulis hendak menonjolkan berkumpulnya empat prinsip ini dalam satu ayat di atas di mana kesederhanaanya membatasi realitas–realitas manusia yang bersifat fundamental dalam beberapa kata yang dapat di hitung hurufnya.
Prinsip ketuhanan, prinsip kesatuan manusia, prinsip kesatuan dua jenis kelamin dan prinsip masyarakat, manusia adalah empat prinsip sistimatis yang membatasi kerangka acuan di mana manusia hidup. .
Bertaqwalah kamu kepada tuhan yang telah menciptakanmu, adalah prinsip ketuhanan dan penciptaan. Allah sebagai pencipta, merupakan putusan Azali (eternal)dan permanen yang tidak dapat diubah oleh setiap evolusi sejarah apapun dan kedudukannya pun tidak dapat dihilangkan oleh segala perkembangan sejarah! ini mengkonsekuensikan taqwa kepada Allah, lalu timbullah prinsip pertama dalam kehidupan manusia Yakni, Aqidah.
Dari satu jiwa, adalah prinsip kemanusiaan yang dari satu jiwa, dari satu sumber bersama, dari satu realitas yang merangkum seluruh kemanusiaan. Ini merupakan putusan yang tidak mungkin diubah oleh suatu apapun dalam sejarah dunia! Dari sini disusunlah persaudaraan manusia.
Dari padanya ia menciptakan istrinya, adalah putusan tentang dua jenis kelamin manusia, pria dan wanita, masing-masing timbul dari yang lain. Perempuan berasal dari esensi jiwa laki-laki, merupakan prinsip permanen yang tidak dapat diubah oleh sejarah perubahan apapun. Dari sini tersusunlah persamaan manusia antara dua jenis kelamin. Dan dari sini juga tersusunlah hubungan permanen antara dua jenis kelamin tersebut.
Daripadanya ia mengembangbiakan banyak laki-laki dan perempuan, adalah prinsip tentang masyarakat yang tersusun atas individu-individu yang lahir dari satu jiwa, dan mereka adalah saudara dalam kemanusiaan. Prinsip tersebut juga merupakan putusan permanen yang tidak dapat diubah oleh evolusi sejarah! Dan dari sini tersusunlah berbagai sistem kemasyarakatan yang harus didirikan berdasarkan atas realitas berikut: persaudaraan, kesatuan asal dan kesatuan jiwa manusia.
Apakah semua realitas, ini dapat berubah atau berevolusi dikarenakan perkembangan cara-cara produksi atau kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan sains ? Atau, apakah indikasi-indikasinya dapat berubah? Realitas-realitas tersebut adalah permanen tidak bisa berubah. Sebab dari awal hingga ahir merupakan realitas sejarah. Tidak ada satu jalan pun untuk merubah sejarah ini ! Di atas pondasi empat realitas permanen ini, sejuta realitas lain, aturan dan tuntunan berdiri tegak, yang harus permanent karna ia bergaul dengan realitas-realitas permanen, dan harus kekal selama kehidupan masih ada di atas bumi ini.
3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MANUSIA
A. Kelebihan Manusia
a. Nafsu Manusia
Allah menciptakan manusia sebagai makhluq psikofisik , selain bentuk fisik yang paling sempurna di banding makhluq-makhluq yang lainnya ,Allah juga menyempurnakan kondisi kejiwaan manusia , dan mengilhamkan / menunjukkan pada nya jalan menuju kebaikan dan jalan menuju kesesatan.
M. Quraisy Shihab menyatakan bahwa kata nafs dalam al-Qur’an mempunyai beberapa makna, salah satunya adalah apa yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan tingkah laku, dalam al-Qur’an nafs diciptakan dalam keadaan sempurna untuk berfungsi menampung serta mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan kejahatan, karena itulah sisi dalam kehidupan manusia inilah yang
oleh al-Qur’an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar
Nafs dalam diri manusia bisa mengalami gangguan-gangguan berupa tekanan-tekanan dalam bentuk penyimpangan-penyimpangan dari kondisi yang normal dan sehat, misalnya rasa cemas, kecewa, stres dan putus asa. Untuk menghindari gangguan-gangguan itu, maka Islam mengajarkan bina nafs yaitu pembinaan individu dengan memperhatikan antara tanda-tanda yang membawa kesengsaraan dan tanda-tanda yang membawa pada kebahagiaan .
Al-Qur’an surat Yusuf ayat 53
     • • •       •    
53. Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyan
Ayat ini menjelaskan bahwa berkembangnya nafsu cenderung menimbulkan dorongan-dorongan buruk kecuali nafsu yang dirahmati Allah, artinya menusia sulit membendung dorongan yang berlawanan dengan nilai-nilai keutamaan. Dorongan nafsu akan menjadi baik apabila manusia bersedia mengikuti kehendak Allah dan inilah nafsu yang dirahmati . Nafsu yang dirahmati adalah kode moral dan ketaatan dari seseorang, untuk mewujudkan nafsu yang dirahmati ini maka perlu mekanisme pertahanan, yaitu pertahanan nafsiologi (nafsiological defence) yang terdiri dari daya tangkal terhadap sesuatu yang terpuji dan mekanisme ini banyak ditemukan dalam al-Qur’an yaitu sabar dan syukur , adil , janji dan amanat dan jujur
Apabila individu sudah mampu mewujudkan bina nafs dan mewujudkan nafsu yang dirahmati, maka individu tersebut akan mencapai tingkatan nafs yang sempurna yang digambarkan oleh al-Qur’an sebagai nafs muthmainnah, yaitu nafs yang tentram yang dapat menolak perbuatan keji dan jahat, nafs radliyah, yaitu nafs yang lapang dada dan tulus dalam mengaplikasikan perintah Allah dan nafs mardliyyah., yaitu nafs yang mendapatkan kemuliaan dan kegungan.
b. Keutamaan penciptaan manusia dengan mahluq lain
Keutamaan manusia di banding kebanyakan makhluq yang lainnya
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling indah, paling tinggi, paling mulia dan paling sempurna, dengan demikian tidak ada makhluk lain di alam ini yang menyamai keberadaan manusia. Kesempurnaan manusia sebagai makhluk Tuhan berpangkal dari manusia itu sendiri yang memang sempurna dari segi fisik, mental, kemampuan dan karya-karyanya
b.1. Manusia diciptakan sebagai khalifah (penguasa) di atas bumi. Pada S. Al-
Baqarah : 30 dikatakan,
         
”ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : ”sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. .
Sebagai konsekuensi dari kekhilafahan ini, ialah manusia dengan izin Allah harus menciptakan berbagai hal, posisi, kejadian di atas bumi. Manusia harus berproduksi, mengerjakan dan mengembangkan apa yang telah ada yang dari situ selalu mencipta berbagai bentuk baru. Itulah arti khilafah yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia. Apakah yang demikian itu akan mempengaruhi manusia untuk melupakan realitasnya dan memusuhi Allah sebagai sang penciptanya? Apakah yang diciptakan oleh manusia di luar hukum Allah? Bukankah memproses, memproduksi, menumbuhkan dan mengembangkan sesuatu ia bekerja sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah yang telah dititipkan-Nya sebagai fitrah alam? Bukankah segala aktivitasnya harus mengenal hukum-hukum alam sebagai sunnah-sunnah Allah? Ia harus mengenalnya dengan menggunakan potensi epistemologi yang diberikan oleh Allah kepadanya, kemudian berusaha mengaplikasikanya sesuai dengan kemampuan aplikasi yang telah diberikan kepadanya oleh Allah.
b.2 Manusia diciptakan oleh Allah dengan dilebihkan dari ciptaan Allah yang lainnya seperti postur tubuh (fisik), manusia dilengkapi dengan kelebihan berupa akal, hawa nafsu, sedang makhluk Allah lainnya tidak diberikan keduanya. Dua unsur (akal dan nafsu) inilah yang melebihkan derajat manusia dari pada makhluk lainnya.
Alloh berfirman dalam surat At-Tiin ayat 4:
      
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya “.
Akan tetapi hanya akal dan fikiran yang didasari iman dan islam yang dapat mengontrol manusia sebelum berbuat sesuatu apakah perbuatan itu bermanfaat atau merugikan. Sedangkan nafsu berfungsi meningkatkan amal perbuatan yang berdasarkan prinsip setiap perbuatan selalu mengarah kepada yang posistif dan mendapat ridha Allah SWT. Maka sesungguhnya manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik.
Bisa jadi manusia dan binatang keduanya mempunyai indera seperti mata, telinga dan lidah, namun yang menjadi tanda kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mampu berbicara untuk menjelaskan, mendengar untuk menyadari dan mengerti, melihat untuk dapat membedakan dan mendapatkan petunjuk. Jika kemampuan-kemampuan ini hilang dari manusia, maka hilanglah kemanusiaannya dan derajatnya turun sama dengan binatang .
Seorang manusia dan seekor burung sama-sama mempunyai mata, tetapi mata manusia memiliki makna yang lebih luas, lebih kompleks dan lebih komplit. Fungsi mata burung pada dasarnya hanya untuk melihat benda-benda di sekitarnya dalam radius yang amat terbatas, tetapi mata manusia selain untuk melihat benda-benda di sekitarnya, juga mempunyai fungsi-fungsi lain yang apabila dikombinasikan dengan usaha-usaha yang maksimal akan menghasilkan karya yang luar biasa dalam bidang ilmu dan teknologi .
Demikianlah, segala kelengkapan dan piranti manusia seperti panca indera, otak, bahkan rambut, kulit dan kuku dan sebagainya yang melekat pada diri manusia mempunyai makna yang jauh melebihi apa yang dimiliki binatang. Belum lagi kelengkapan fungsi mental manusia dengan berbagai kemampuannya seperti mencipta, berpikir, berintrospeksi dan sebagainya. Tentu saja aspek mental ini tidak dapat dipisahkan dengan aspek fisiknya, keduanya mesti berada dalam satu kesatuan yang membentuk diri manusia hidup dan berkembang .
b.3. Dalam al-Qur’an manusia disebut sebagai makhluk yang amat terpuji dan disebut pula sebagai makhluk yang amat tercela. Hal itu ditegaskan dalam berbagai ayat, bahkan ada pula yang ditegaskan dalam satu ayat . Akan tetapi itu tidak berarti manusia dipuji dan dicela dalam waktu yang bersamaan, melainkan berarti bahwa dengan fitrah yang telah dipersiapkan baginya manusia dapat menjadi makhluk yang sempurna dan dapat pula menjadi makhluk yang serba kurang
Manusia berkali-kali diangkat derajatnya, berulangkali pula direndahkan. Mereka dinobatkan jauh mengungguli alam sorga, bumi dan bahkan para malaikat, tetapi pada saat yang sama, mereka bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan setan terkutuk dan binatang jahanam sekalipun. Manusia dihargai sebagai makhluk yang mampu menaklukkan alam, namun bisa juga merosot menjadi yang rendah dari segala yang rendah. Oleh karena itu makhluk manusia sendirilah yang harus menetapkan sikap dan menentukan nasib akhir mereka sendiri .
Keberadaan manusia semakin sempurna ketika Allah mengangkatnya sebagai khalifah di muka bumi ini . Manusia dibebani amanat untuk memakmurkan bumi ini ketika amanat itu ditolak oleh makhluk-makhluk Tuhan yang lain . Manusia menerima amanat itu karena fitrahnya yang sanggup menerima beban amanat dan memikulnya, fitrah inilah yang menjadi tanda keistimewaan dan kelebihan manusia dibandingkan makhluk-makhluk yang lain.Surat Al-isro’ ayat 7
                  
"Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan".
Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan
B.Kekurangan-kekeurangan Manusia .
1. Manusia tergesa-gesa.
          .
11. Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa
         
.
37. Manusia Telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera
2. Manusia Serakah , (QS 3: 179; 4: 37; 9: 34-35; 17: 100; 47: 8; 104: 2-9; 89: 17-20)
Alloh berfirman daqlam surat Annisa' ayat 37
   •             
37. (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang Telah diberikan-Nya kepada mereka. dan kami Telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan
Maksudnya kafir terhadap nikmat Allah, ialah Karena kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir. menyembunyikan karunia Allah berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.
                      
17. Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim
18. Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
19. Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil),
20. Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.
yang dimaksud dengan tidak memuliakan anak yatim ialah tidak memberikan hak-haknya dan tidak berbuat baik kepadanya.
     •               
35. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, Lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.
3. Manusia amat aniaya dan ingkar nikmat
Alloh berfirman dalam surat Ibrahim ayat 34
                 
34. Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
4.Manusia bersifat keluh kesah lagi kikir.
Alloh berfirman dalam surat Al-ma'arij ayat 19-21
 •   •           
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,

Kesimpulan

Manusia adalah salah satu dari sekian banyak makhluq-makhluq allah yang terdiri dari Jisim dan Roh ,akal ,rasa ,dan nafsu ,dan merupakan makhluq yang paling sempurna penciptaannya , allah memberikan beberapa kelebihan dan keistimewaan kepada manusia di banding makhluq yang lainnya,karena manusia di bekali dengan akal dan hati nurani ,namun manusia juga di ciptakan dengan mempunyai banyak kelemahan dan keterbatasan.seperti kecendrungan untuk membantah , kikir , berkeluh kesah ,tidak tahu terimakasih ,dll ,namun dengan berbagai kekurangan tersebut bukan berarti manusia menjadi makhluq yang hina dan tidak bisa memperbaiki diri atau meningkatkan kualitas nya, tapi dengan kelebihan dan kekurangan nya itu manusia di harap akan bersaing untuk menjadi yang terbaik dalam rangka menjalankan misinya sebagai kholifah di muka bumi ini .
Allah telah memberikan beberapa potensi dalam diri manusia agar manusia bisa meraih apa yang di inginkan dan dicita-citakan, namun tentu hanya cara dan jalan yang sudah di tunjukkan oleh allah melalui Rosulnya Muhammad SAW yang akan di ridoi oleh alloh dan mendapatkan Reword pahala serta balasan berupa kenikmatan surga di akhirat nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar