Senin, 10 Januari 2011

batik


UPAYA MEMASUKKAN KETERAMPILAN MEMBATIK KE DALAM PEMBELAJARAN KECAKAPAN HIDUP

A. LIFESKILL DI SEKOLAH
      Pendidikan Kecakapan Hidup ( lifeskill ) merupakan pendekatan dalam pendidikan yang dipahami sebagai konsep pendidikan yang berorientasi kepada upaya untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik didasarkan kepada kebutuhan masyarakat luas guna mencapai tujuan pendidikan.
       Pendidikan kecakapan hidup dilaksanakan untuk menangani masalah spesifik atau khusus di masyarakat.  Dalam pengelompokannya Pendidikan ini ada yang bersifat generik yang terdiri atas kecakapan personal dan social, serta yang bersifat spesifik, yang diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus seperti pekerjaan/kegiatan tertentu yang memerlukan keterampilan motorik ( vokasional ).

       Kecakapan hidup vokasional terdiri atas kecakapan vokasional dasar dan kecakapan vokasional penunjang/okuvasional. Kecakapan vokasional dasar meliputi kecakapan menggunakan alat kerja, alat pengukur, pemilihan bahan, merancang/sketsa produk, membuat, menilai, dan memperbaiki produk.  Sedangkan vokasional penunjang meliputi kecenderungan bertindak serta sifat kewirausahaan.
       Dengan memperhatikan uraian di atas, maka dapat Program Pendidikan berorientasi pada Kecakapan Hidup merupakan program pembelajaran yang :
  1. Berisi bekal keterampilan dasar, praktis, dan sederhana;
  2. Manfaatnya langsung dapat dinikmati;
  3. Diselenggarakan dalam rangka mengembangkan potensi kewirausahaan;
  4. Bertujuan agar siswa dapat memeproleh kesempatan beraktifitas produktif.
Oleh karena itu, misi utama program pendidikan lifeskill ini adalah membangkitkan dan mengembangkan kecintaan serta apresiasi siswa terhadap keterampilan dasar, menanamkan etos dan nilai kerja, yang diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk mengembangkan diri yang sesuai dengan tuntutan hidup dan masyarakat lingkungannya.


B. PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Guna mendukung program pendidikan kecakapan hidup ini, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan dukungan pembiayaannya.
Partisipasi masyarakat sangat diperlukan karena, pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
Masyarakat  yang terwakili dalam forum Komite Sekolah, berperan aktif dalam penyusunan perencanaan program kegiatan di sekolah, ikut membantu dalam pelaksanaan dan pengawsan program kegiatan, serta membantu dalam mengembangkan institusi.
Peranserta Komite Sekolah ini, dapat diimplementaskan melalui beberapa upaya , sbb :
  1. Komite Sekolah ikut membantu sekolah dalam mempromosikan perkembangan Batik Lasem kepada masyarakat melalui forum-forum Rapat dengan para orang tua wali murid;
  2. Komite Sekolah bersama sekolah aktif memberikan kesempatan kepada siswa untuk memiliki keterampilan membatik;
  3. Komite Sekolah bersama Sekolah aktif berperan dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan  ( KTSP ) sebagai bagian dari peransertanya dalam perencanaan pembelajaran Muatan Lokal Sekolah;
  4. Komite Sekolah ikut mengembangkan hasil pembelajaran membatik yang telah dilakukan oleh siswa dengan mempromosikan hasil membatik para siswa kepada  masyarakat;
  5. Dimungkinkan Sekolah bersama dengan Komite Sekolah membuka Unit Produksi sebagai Ruang Pamer hasil Batik di sekolah;
Dukungan pembiayaan pendidikan keterampilan ini bisa dari Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat/sponsor, terutama pencinta batik
C. Rancangan Kurikulum Membatik Disekolah
        Upaya Pemerintah untuk mewujudkan kembali pengembangan produk batik dengan jangkauan pemasaran sampai meliputi Luar Pulau Jawa bahkan sampai ke Luar Negeri seperti yang terjadi pada abad ke-19 perlu didukung oleh semua pihak, baik dalam bidang perencanaan, pelaksanaan, pengembangan pengetahuan, sampai kepada distribusi dan pemasarannya.
       Dinas Pendidikan yang memiliki visi Menjadikan pendidikan yang merata, bermutu, dan berdya saing tinggi dengan misi diantaranya menyelenggarakan pendidikan yang dapat menumbuhkan jiwa kreatif, inovatif dan beretos kerja tinggi serta berbudi luhur, sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Rembang, berusaha untuk ikut mewujudkan cita-cita tersebut, dengan beberapa program pendidikan yang dapat memacu pengembangan diri para peserta didik dalam menggali potensi sumber daya alam yang ada, yaitu Program Pendidikan yang berorientasi pada Kecakapan Hidup ( lifeskill ) bagi siswa-siswa di SD, SMP dan SMA. Di samping itu, program ini juga dapat dilaksanakan oleh masyarakat melalui Pusat-pusat Kelompok Belajar Masyarakat ( PKBM ), Kelompok Belajar Usaha ( KBU ), dan Kursus-kursus Pendidikan Luar Sekolah ( Diklusemas ).
        Sampai dengan tahun 2008, program lifeskill, baik  yang dilaksanakan oleh sekolah maupun masyarakat masih terbatas pada program keterampilan yang sangat diminati oleh peserta, antara lain : otomotif, elektronik, pertukangan, komputer, tata boga, tata busana/border/menjahit, Las, dll. Program inipun baru berjalan sejak tahun 2003 melalui Kegiatan yang diluncurkan oleh Depdiknas dengan dana stimulan.
         Namun setelah dua tahun berjalan, Pengambangan program ini dilakukan secara mandiri oleh Pemerintah Kabupaten Rembang sampai dengan sekarang.
Yang dikembangkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang adalah Program Kegiatan Broad Based Education ( BBE ) bagi sekolah dan masyarakat, yaitu Pendidikan yang berorientasi pada Kecakpan Hidup (lifeskill), dan sasarannya adalah siswa dari keluarga kurang mampu, yang dalam persiapan pelaksanaannya melalui penelusuran minat dan bakat keterampilan yang diinginkan, karena harapan mereka adalah dapat segera bekerja setelah lulus.   Belum semua siswa dapat mengikuti program ini.
       Pada tahun 2008 ini, program BBE telah diluncurkan di SMP dan SMA sesuai dengan anggaran yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Keterampilan yang akan dimasukkan dalam program ini adalah : bagi sekolah di wilayah Rembang Timur bagian selatan adalah pertukangan dan tata busana/menjahit. Bagian utara adalah otomotif dan elektronika.  Di sekitar Lasem, Pancur, Pamotan, dan Sluke adalah Membatik, serta bagian Barat adalah Komputer.
       Begitu juga dengan pusat-pusat kegiatan belajar masyarakat yang masih terbatas jumlahnya      ( 14 PKBM ), akan dikembangkan keterampilan membatik khususnya di keempat kecamatan tersebut.
       Dengan pembagian bentuk keterampilan yang demikian diharapkan siswa mampu mengembangkan keterampilannya sesuai dengan potensi yang ada di wilayahnya.
Sesuai dengan Kebijakan Depdiknas Tahun 2007, untuk menambah jumlah akses pendidikan kejuruan di masyarakat akan memberikan peluang semakin tumbuh dan berkembangnya pendidikan kejuruan yang tentu saja berorientasi pada keterampilan masyarakat.
       Dengan kemampuan guru yang sangat terbatas, diharapkan lambat laun seiring dengan keinginan masyarakat untuk mengembangkan potensi Batik Lasem, maka beberapa SMK akan melakukan penambahan program keahlian Membatik melalui kerjasama dengan Dunia Usaha/Industri ( DUDI ), dan  dengan SMK Batik Solo atau Pekalongan.
      Dalam proses pembelajaraannya, yang perlu disiapkan adalah guru dan tenaga profesional yang menguasai teknologi batik, sarana prasarana pendidikan, dan alat-alat penunjang pembelajaran.Untuk mewujudkan apa yang telah ditetapkan oleh UNESCO bahwa Indonesia adalah negara batik, pada tahun ajaran 2010/2011, mata pelajaran bagi siswa untuk kelas 4 SD - SMA/sederajat akan ditambah 1 yaitu pelajaran membatik.
       Hal ini telah selesai dibahas oleh pihak Dinas Dikpora dan akan dilaksanakan pada tahun ajaran yang baru. Kurikulum yang baru dengan ditambah pelajaran membatik ini masuk dalam pelajaran wajib Muatan Lokal (mulok). Di Indonesia, pelajaran mulok dibagi 2 yaitu mulok provinsi dan mulok daerah. Selama ini, pelajaran Bahasa Jawa merupakan mulok provinsi Jawa Tengah. Sedangkan untuk Solo sendiri, pelajaran mulok daerah masih mengikuti mulok provinsi atau belum ada pelajaran mulok daerah.
       Untuk beberapa sekolah di Solo, mulai tahun ajaran 2009/2010 kemarin sudah ada yang menerapkan pelajaran membatik. "Bagi sekolah yang sudah menerapkan pelajaran membatik supaya dapat meneruskannya namun diharap tetap taat pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh Dinas Dikpora," kata Budi Setiono Adi, Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan Menengah.
     Dalam pelaksanaannya, pelajaran membatik akan diadakan 2 jam pelajaran dalam seminggu. Untuk guru pengampunya adalah guru kesenian sekolah masing-masing. "Menurut pengamatan, guru kesenian di sekolah-sekolah sudah mengetahui sedikit banyak mengenai teknik membatik dan seluk beluknya, namun agar mutu tidak menjadi setengah-setengah akan tetap diadakan penambahan ketrampilan bagi mereka yang pelaksanaannya akan dikelola Dinas Dikpora,
     Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
     Sistem Pendidikan Nasional sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah.   Kualitas manusia yang dibutuhkan pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa atau daerah lain.  Kualitas manusia tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan.
       Pendidikan sebagai hajat hidup bangsa selalu diorientasikan pada pengembangan individu (manusia) agar mencapai pribadi yang lebih bermutu, dan merupakan sarana untuk mendapatkan keterampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan dirinya, keluarga, maupun lingkungannya.  Perbedaan yang esensial antara satu daerah dengan daerah lain terletak pada formulasi konsep pribadi yang bermutu itu serta praktis pendidikan sebagai upaya pencapaiannya.  Dengan demikian pendidikan adalah wahana untuk mempersiapkan dan memperoleh bekal keterampilan hidup yang bermanfaat bagi dirinya dalam peran sertanya dalam kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
      Oleh karena itu keberhasilan suatu program pendidikan dapat dilihat dari sejauh mana peserta didik mampu mentransformasikan apa yang diperolehnya di kelas menjadi suatu keterampilan hidup, yaitu suatu keterampilan yang menggambarkan kemampuan seseorang untuk berani menghadapi, mau mencari jawaban serta mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar